Pangeran Andrew, Duke of York—adik dari Raja Charles III—telah resmi kehilangan seluruh gelar militer dan kehormatan kerajaannya, termasuk gelar Pangeran dan sebutan “His Royal Highness”. Keputusan bersejarah ini, yang diambil oleh Raja Charles III, merupakan puncak dari rentetan skandal yang telah lama mencoreng nama baik monarki Inggris.
Kasus yang menjadi pemicu utama pencabutan gelar ini berakar pada persahabatan Pangeran Andrew dengan mendiang terpidana kasus kejahatan seksual, Jeffrey Epstein, dan gugatan perdata yang diajukan oleh Virginia Giuffre. Pangeran Andrew dituduh oleh Virginia Giuffre melakukan pelecehan seksual terhadapnya saat ia masih remaja dan terjerat dalam jaringan perdagangan seks perempuan-perempuan di bawah umur yang dikelola Epstein dan kekasihnya, Ghislaine Maxwell.
Pangeran Andrew secara konsisten membantah tuduhan tersebut, namun citranya rusak parah setelah wawancara dengan BBC, yang sebenarnya ingin dijadikannya sarana untuk membersihkan nama, namun justru dinilai sangat buruk dan Pangeran Andrew dinilai tidak menunjukkan penyesalan.
Andrew, 65, mengundurkan diri dari tugas kerajaan pada 2019 setelah hubungannya dengan terpidana pelaku kejahatan seksual Jeffery Epstein terungkap ke publik. Kasus perdata yang diajukan Virginia Giuffre diselesaikan di luar pengadilan pada tahun 2022 dengan jumlah kompensasi yang tidak diungkapkan. Meskipun penyelesaian tersebut bukan merupakan pengakuan bersalah, hal ini memperkuat kesan publik bahwa memang ada hubungan Pangeran Andrew dengan Epstein.
Awal bulan ini, dia melepaskan gelar kerajaan lainnya, termasuk Duke of York, di tengah meningkatnya tuduhan tentang hubungannya dengan Epstein. Setelah skandal tersebut kembali mencuat dengan bukti-bukti baru dan desakan publik yang meningkat (terutama dari keluarga Giuffre), Raja Charles III mengambil langkah tegas untuk melindungi institusi monarki. Keputusan pencabutan gelar ini menunjukkan bahwa reputasi dan kehormatan Kerajaan lebih diutamakan daripada hubungan keluarga. Tindakan ini juga mengirimkan pesan kuat dukungan bagi korban pelecehan.
Konsekuensi Pencabutan Gelar
Pencabutan gelar Pangeran Andrew membawa serangkaian konsekuensi pribadi, finansial, dan simbolis yang signifikan. Andrew tidak lagi berhak menggunakan gelar “Pangeran” dan sebutan “His Royal Highness”. Ia kini dikenal sebagai Andrew Mountbatten-Windsor, kembali ke nama pribadi atau nama keluarga tanpa gelar kehormatan kerajaan.
Dia juga kehilangan semua gelar kebangsawanan lainnya seperti Duke of York, Earl of Inverness, Baron of Killyleagh dan pangkat kehormatan militer serta keanggotaan pada ordo kerajaan seperti Ordo Garter. Secara resmi, ia bukan lagi seorang anggota keluarga kerajaan yang menjalankan berbagai fungsi formal dan sosial (working royal) dan tidak dapat mewakili Raja atau Kerajaan dalam acara resmi.
Andrew diperintahkan untuk meninggalkan Royal Lodge, kediaman resminya di kompleks Puri Windsor. Ia akan pindah ke properti pribadi yang kabarnya didanai oleh Raja Charles III di Sandringham, kompleks kediaman resmi kerajaan lainnya yang sifatnya lebih informal.
Akan tetap statusnya sebagai pewaris takhta Inggris urutan kedelapan (atau posisi lainnya) secara resmi tetap berlaku, karena status ini hanya dapat dicabut melalui undang-undang yang disetujui oleh negara-negara Persemakmuran. Undang-undang ini diyakini tidak akan diajukan dalam waktu dekat karena pihak keluarga kerajaan berpikir tidak ingin merepotkan parlemen untuk membahas undang-undang yang sifatnya terbatas dan tidak berdampak luas ke publik.
Andrew diperkirakan masih menerima dukungan finansial dari Raja Charles III untuk kebutuhan hidupnya, meskipun tidak lagi menerima anggaran negara karena bukan menjadi anggota keluarga kerajaan yang menjalankan fungsi resmi.
Pencabutan gelar Pangeran Andrew merupakan insiden penting dan langka dalam sejarah monarki Inggris modern. Keputusan Raja Charles III dipandang sebagai upaya vital untuk “membersihkan” citra monarki dan mengakhiri kontroversi yang menguras perhatian publik. Tindakan ini menunjukkan kesediaan Raja untuk mengambil keputusan yang sulit demi kelangsungan institusi.
Bagi keluarga Virginia Giuffre dan para korban pelecehan seksual, pencabutan gelar ini dilihat sebagai kemenangan moral dan simbolis. Meskipun mereka terus mendesak agar Andrew menghadapi keadilan hukum, kejatuhannya dianggap sebagai bukti bahwa tidak ada yang kebal dari konsekuensi perbuatan mereka.
Langkah ini menciptakan preseden penting bagi masa depan. Ini menegaskan bahwa anggota senior keluarga kerajaan harus bertanggung jawab atas tindakan dan hubungan pribadi mereka, dan kegagalan dalam menjaga kehormatan dapat berujung pada pencabutan hak dan gelar.
Secara keseluruhan, pencabutan gelar Pangeran Andrew menandai akhir dari karir kerajaannya dan menjadi babak baru yang ia jalani sebagai warga negara biasa, jauh dari gemerlap dan perlindungan Istana.