Bicara soal intelijen, mungkin yang lebih banyak terbayang adalah intelijen modern atau sosok intel fiktif populer seperti James Bond atau Ethan Hunt dari serial Mission: Impossible. Padahal konsep intelijen sudah berabad-abad pula dikenal di era kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Fungsi intelijen yang utama adalah mengumpulkan informasi secara rahasia terkait situasi dan kondisi pihak-pihak yang dianggap sebagai musuh, baik perorangan, organisasi, atau negara. Lewat informasi yang terkumpul, pihak yang menerjunkan intelijen bisa mengetahui kekuatan dan kegiatan rutin lawan, memprediksi pikiran dan tindakan lawan, dan jika perlu menjadi dasar untuk melakukan tindakan preventif dengan menyerang lawan terlebih dahulu sebelum mereka bergerak.
Telik Sandi
Penggunaan intelijen di Nusantara sudah ada sejak era kerajaan besar Hindu-Buddha hingga kemudian kerajaan-kerajaan Islam. Pada masa ini khususnya di Jawa, petugas intelijen dikenal dengan sebutan telik sandi. Telik bisa diartikan sebagai “teliti” atau “cermat,” sedangkan sandi adalah “rahasia” atau “penyamaran.”
- Masa Kerajaan Hindu-Buddha (Abad ke-7 hingga ke-15):
- Masa Kerajaan Singasari dan Majapahit adalah contoh ideal pemanfaatan intelijen. Pada masa ini, praktik intelijen sangat terorganisir dan menjadi bagian strategi pemerintah, tidak hanya sebatas pengumpulan informasi, tetapi juga operasi terselubung dan kontraintelijen. Dengan wilayah yang tersebar luas, fungsi intelijen sangat penting untuk mengantisipasi berbagai ancaman.
- Masa Kerajaan Islam (Abad ke-15 hingga ke-18):
- Penggunaan intelijen berlanjut, khususnya di kerajaan-kerajaan seperti Mataram Islam dan Kesultanan Demak, terutama dalam konteks ekspansi wilayah, menumpas pemberontakan, dan yang paling signifikan, menghadapi kekuatan asing, yaitu VOC/Belanda.
Sebagaimana dalam dunia modern, peran intelijen sangat vital bagi kelangsungan sebuah kerajaan yang senantiasa menghadapi berbagai ancaman, bukan hanya dari luar namun juga secara internal.
| Peran Utama | Penjelasan |
| Deteksi Dini dan Keamanan Internal | Mengidentifikasi dan memberikan peringatan dini mengenai ancaman internal seperti potensi pemberontakan para bangsawan atau kepala daerah, pejabat yang berkhianat, atau pergerakan yang mengancam kekuasaan raja. |
| Dukungan Militer dan Ekspansi | Menyediakan informasi strategis tentang kekuatan militer, posisi, kelemahan lawan, kondisi medan, serta jalur logistik kerajaan lain atau musuh yang akan diserang. Hal ini penting untuk perencanaan operasi militer dan ekspansi teritorial yang efektif. |
| Kontraintelijen | Bertugas melindungi rahasia kerajaan, mengawasi gerak-gerik mata-mata musuh, dan melakukan operasi disinformasi atau penyesatan informasi kepada pihak lawan. |
| Diplomasi dan Politik | Mengumpulkan informasi tentang situasi politik dan sosial di kerajaan tetangga, yang sangat krusial untuk negosiasi diplomatik, pengambilan keputusan kebijakan luar negeri, dan pencegahan konflik. |
Aksi Intelijen Nusantara
Kiprah para intel kerajaan Nusantara ini luar biasa dan bahkan menjadi penentu kejayaan kerajaan. Lihat saja sejumlah contohnya berikut ini:
1. Gajah Mada
- Masa: Kerajaan Majapahit (Abad ke-14).
- Peran: Karier politiknya dimulai dari jabatan sebagai pemimpin Bhayangkara atau pasukan pengawal inti raja. Kalau di zaman sekarang bisa disetarakan dengan Paspampres.
- Contoh Operasi: Operasi intelijennya yang paling gemilang adalah saat menyelamatkan Raja Jayanagara dari pemberontakan Ra Kuti pada tahun 1319 Masehi. Gajah Mada terlebih dulu mengungsikan raja ke tempat persembunyian di Badander atau Bedander yang kini ada di wilayah Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
- Dia lantas kembali ke ibu kota kerajaan di Trowulan untuk memantau situasi dan menguji kesetiaan para pejabat. Ia menyebarkan berita palsu bahwa raja telah terbunuh, menunggu reaksi para pembesar, sambil merancang strategi penumpasan pemberontak.
- Setelah mendapat informasi dan dukungan, ia dengan cepat berhasil mengalahkan Ra Kuti dan mengembalikan raja ke takhta, yang mengantarkannya ke jabatan Patih Kahuripan dan kemudian Mahapatih.
2. Raden Wijaya
- Masa: Akhir Singasari – Awal Majapahit (Akhir Abad ke-13).
- Peran: Melakukan penipuan strategis yang berfungsi sebagai operasi intelijen skala besar.
- Contoh Operasi: Untuk membalas dendam kepada Jayakatwang (Kediri), Raden Wijaya memanfaatkan kedatangan pasukan Mongol yang diutus Maharaja Khubilai Khan. Ia berpura-pura tunduk kepada Mongol dan menawarkan diri untuk memandu mereka menyerang Jayakatwang.
- Setelah Jayakatwang kalah, Raden Wijaya tidak hanya berhasil menghancurkan musuhnya, tetapi segera berbalik menyerang dan mengusir pasukan Mongol yang kelelahan dan lengah, sehingga ia dapat mendirikan Kerajaan Majapahit. Tindakan ini adalah contoh intelijen yang cerdik untuk mencapai tujuan politik dan militer dengan cara memanfaatkan kekuatan dari luar untuk memukul musuh, kemudian berbalik menyerang kekuatan luar ini.
3. Nyimas Utari (Mataram Islam)
- Masa: Kerajaan Mataram Islam (Abad ke-17).
- Peran: Telik Sandi (Mata-mata) dalam peperangan melawan VOC.
- Contoh Operasi: Nyimas Utari, bersama suaminya, diperintahkan oleh Sultan Agung untuk menyusup ke dalam Kastil Batavia (markas VOC). Tugas mereka adalah mengumpulkan informasi tentang kekuatan, pertahanan, dan logistik VOC sebagai persiapan Mataram untuk serangan besar-besaran ke Batavia. Pengorbanan dan kontribusi para Telik Sandi seperti Nyimas Utari ini sangat penting dalam upaya perlawanan terhadap kolonialisme.